Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open Inquiry”
Abstract.
Indeed there is no science as an exclusive subject matter in the current
kindergarten’s curricullum; however, it does not mean that there is no science
in kindergarten. It does and it is integrated to almost all themes constitute
the curricullum. Science in kindergarten is considered important to develop the
very beginning of a scientific way of thinking, that is logic, based on
data/reality, and using a causal-effect relationship. Kindergarten teacher should
be very carefull in intrducing science to young children since their reasoning
is still syncretic and they frequently use magical causality.
Kata
kunci: science, young children, sains, TK
A. PENDAHULUAN
Mata
Pelajaran sains memang tidak tercantum di dalam kurikulum TK, tetapi hal itu
bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada dan terpadu
dengan bidang lainnya hampir di setiap tema. Pengenalan sains untuk anak TK
jika dilakukan dengan benar akan mengembangkan secara bertahap kemampuan berpikir
logis yang belum di miliki anak. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan
dalam pengenalan sains di TK adalah pendekatan Open Inquiry. Pendekatan ini
tidak bertujuan mengajarkan suatu konsep sains kepada anak, tetapi lebih
mengajak anak melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam melalui interaksi
langsung dengan obyek. Anak berlatih melakukan observasi, memanipulasi obyek,
mengukur, mengklasifikasi obyek, melakukan percobaan sederhana, dan dilanjutkan
dengan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pola pikirnya yang masih
sinkretik.
Pola
pikir anak yang bersifat sinkretik menyebabkan anak tidak dapat melihat
hubungan antarvariabel sebagai hubungan sebab-akibat (causality) yang logis.
Bagi anak TK, dua atau lebih variabel dapat saja dihubungkan sehingga hal itu
sering disebut hubungan sebab-akibat yang magis (magical causality) (Wolfinger,
1994). Mengenal hubungan antarvariabel merupakan keterampilan dasar yang amat
penting di dalam belajar sains selanjutnya. Sains juga melatih anak melakukan
eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Anak akan menemukan berbagai
gejala benda dan gejala peristiwa yang ada di alam sekitarnya yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk belajar sains lebih lanjut.
Di dalam
eksplorasinya, anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala
alam melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehingga kemampuan observasinya
meningkat. Anak akan memperoleh pengetahuan baru hasil interaksinya dengan
berbagai benda yang diobservasinya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna
sebagai modal berpikir dan belajar lebih lanjut. Melalui sains, anak dapat
melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan
sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di
dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan
pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti
jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran
dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan
memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains
akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan
berpikir logis, dan pengetahuan.
Begitu
banyak sisi positif dari pengenalan sains melalui pendekatan Open Inquiry bagi anak TK. Pendekatan
ini menggabungkan esensi bermain dan belajar. Guru mengajak anak untuk bermain
dan dilanjutkan dengan investigasi dan tantangan, sehingga anak mengalami
akselerasi dan eskalasi. Oleh karena itu para guru TK perlu kiranya mempelajari
pendekatan Open Inquiry agar dapat membelajarkan anak dengan benar.
B. CIRI SAINS UNTUK ANAK TK
Sains
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah (Sund,
1989). Untuk anak TK, obyek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan
benda-benda yang sering menjadi perhatian anak. Air, udara, bunyi, api, tanah,
tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering
menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir,
kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak.
Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah, yang bagi anak TK perlu
disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi
Sederhana dapat dilakukan anak.
Anak
dapat pula melakukan proses sains lainnya, seperti melakukan pengukuran,
menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi. Produk sains untuk anak TK
lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa
tentang benda-benda alam. Menurut NSTA (National
Science Teacher Association) (2005) salah satu standar sains untuk TK-Kelas
4 SD adalah sains sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya melatih anak
melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam.
C. CARA BERPIKIR SAINTIS ANAK
TK
Menurut
Piaget (1972), perkembangan kognitif anak usia TK (5-6 tahun) sedang dalam masa
peralihan dari fase Pra-operasional ke fase Konkret operasional. Cara berpikir
konkret berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkret, bukan berdasarkan
pengetahuan atau konsep-konsep abstrak (Wolfinger, 1994). Pada tahap ini anak
belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Obyek permanen (object permanency) sudah mulai
berkembang. Anak dapat berlajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya
meskipun bendanya sudah tidak berada dihadapannya. Setelah mengamati mobil,
anak dapat mengingat warnanya, banyaknya roda, atau ciri lainnya. Anak juga
mulai mampu menghubungkan sebab-akibat yang tampak secara langsung. Anak juga
dapat membuat prediksi berdasarkan hubungan sebab-akibat yang telah
diketahuinya. Misalnya dengan melihat awan yang hitam anak mengatakan akan
turun hujan. Cara berpikir anak TK, selain bersifat konkret, sebagian lagi
masih bersifat transduktif. Anak menghubungkan benda-benda dan atribut baru
yang dipelajarinya berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan benda-benda
sebelumnya. Anak biasanya hanya memperhatikan salah satu ciri benda yang
menurutnya paling menarik untuk membuat kesimpulan. Cara pengambilan kesimpulan
seperti itu disebut cara berpikir transduktif. Misalnya, anak pernah melihat
sebuah layang-layang berwarna merah terbang tinggi. Ketika ia membeli layang-layang
ia akan memilih yang berwarna merah, karena ia berpikir hanya layang-layang
berwarna merah yang bisa terbang tinggi.
Anak
TK masih sulit membuat generalisasi atau menarik kesimpulan yang mencakup semua
fakta. Sebagai contoh, anak dihadapkan pada satu keranjangbuah-buahan yang di
dalamnya ada pisang, semangka, salak, dan mangga. Lalukepadanya ditanya apa isi
keranjang tersebut. Anak biasanya mejawab dengan cara menyebutkan satu per satu
isinya, yaitu pisang, semangka, salak dan mangga. Ia tidak mengambil kesimpulan
bahwa isi keranjang tersebut adalah buah-buahan. Anak usia TK juga memiliki
cara berpikir yang disebut sinkretik (syncretic reasoning). Arti harfiah dari
sinkretik ialah “gila”, dikarenakan cara berpikir anak tidak masuk akal atau
“gila” bagi orang dewasa, terutama yang terkait dengan hubungan sebab-akibat.
Bagi anak TK, dua hal yang terjadi bersamaan dapat dihubungkan sebagai hubungan
sebab-akibat. Alkisah, seorang guru melihat tanaman yang ada di pot di dalam
kelas daunnya layu. Lalu Si guru bertanya “Anak-anak, mengapa tumbuhan ini
layu?”, sambil menunjuk tumbuhan tersebut. Secara serempak anak-anak menjawab
“Karena ada rak buku baru, Bu…” Memang benar sehari sebelumnya ada rak buku
baru yang ditaruh di dekat pot tersebut. Bagi anak TK menghubungkan dua
variabel apa saja, seperti tumbuhan yang layu dengan kehadiran almari baru,
sah-sah saja, meskipun hal itu tidak masuk akal bagi orang dewasa.
Bagi
anak usia 3-5 tahun, hubungan sebab-akibat bersifat magis atau ajaib. Suatu
saat seorang guru mengikatkan seutas benang ke sebuah paku dan mengkikatkan
ujung yang lain dengan sebuah meja. Lalu ia mendekatkan sebuah magnet ke paku
tersebut. Paku tersebut tiba-tiba melayang ke atas, menarik benang ke arah
magnet. Anak-anak yang mengamati sepontan berteriak “Ajaib!” Sampai beberapa
hari mereka terus membicarakan “keajaiban” Si guru meskipun telah dijelaskan
bahwa magnet memiliki sifat menarik benda-benda yang terbuat dari logam
termasuk paku.
Bagi
anak usia 5-6 tahun, hubungan sebab-akibat sedikit berkembang dari “ajaib”,
menjadi precausal reasoning
(pra-sebab-akibat). Pemikiran sebab-akibat sudah mulai berkembang, tetapi belum
logis benar. Anak tidak secara jelas menyatakan hubungan antara sebab dan
akibat sebagai hubungan antarvariabel
Dalam
sains. Piaget (1972), berdasarkan hasil dialognya dengan anak, membedakan precausal
reasoning menjadi tujuh tipe seperti berikut ini.
1. Motivasi
Anak
TK menghubungkan sebab dan akibat sebagai bentuk fungsi atau motivasi dari
suatu benda terhadap benda lainnya. Oleh karena itu anak sering bingung antara
pertanyaan “mengapa” dengan “untuk apa”. Jika anak ditanya mengapa dua gunung
itu berdekatan? Seakan-akan pertanyaan tersebut menjadi “Untuk apa dua gunung
itu berdekatan?” Anak mungkin akan menjawab, satu untuk anak laki-laki dan satu
untuk anak perempuan. Mengapa matahari tidak kelihatan di malam hari? Tuhan
menyimpannya untuk besok.
2. Finalisme
Anak
sering menyatakan hubungan sebab-akibat sebagai suatu takdir. Segala sesuatu
terjadi bukan sebagai akibat oleh faktor lain, tetapi karena memang terjadi begitu
saja, apa adanya, atau karena takdir. Mengapa kaca ini berserakan di lantai?
Karena pecah. Mengapa air sungai mengalir ke laut? Ya, memang air sungai
mengalir kelaut.
3. Fenomenisme
Anak sering berpikir bahwa dua hal yang mirip
dapat dihubungkan sebagai sebab-akibat. Jangan main api, nanti disambar petir
(petir juga api atau mirip api). Di Indonesia anak-anak takut untuk menunjuk
makam dengan jarinya karena ada kepercayaan kalau menunjuk makam jarinya busuk.
“Jangan menunjuk makam, nanti jarinya busuk.” Hal itu masuk akal bagi anak
karena dua hal itu mirip (karena orang mati membusuk, menunjuk makam juga
jarinya membusuk).
4. Moralisme
Cara
berpikir ini mirip dengan motivasi dan finalisme, tetapi penyebab utamanya ialah
benda itu sendiri, seakan-akan benda punya moral. Mengapa mobil bisa berjalan?
Agar dapat mengangkut orang (bukan karena punya mesin yang berputar). Mengapa
matahari bersinar di siang hari? Agar manusia dapat melihat. Mengapa senapan
bisa meledak? Agar dapat menembak penjahat.
5. Artifisialisme
Anak
memandang bahwa semua akibat disebabkan oleh manusia. Jadi penyebab segala
sesuatu adalah manusia. Mengapa air laut bergelombang? Manusia menaruh banyak
perahu di laut. Mengapa pesawat terbang dapat terbang dengan kencang dan
bersuara keras? Karena pilot menaikinya dan membuatnya marah.
6. Animisme
Animisme
merupakan suatu pandangan bahwa semua benda itu hidup dan memiliki kemauan.
Anak berpikir bahwa benda-benda yang bergerak, bersinar, atau bersuara itu
hidup. Mengapa mobil bergerak? Karena ia hidup. Mengapa awan bergerak? Karena
awan itu hidup. Mengapa lampu bersinar? Karena ia hidup. Mengapa geledek
bersuara keras? Karena ia hidup. Itulah sebabnya anak TK sulit memahami konsep
tentang hidup.
7. Dinamisme
Dinamisme mirip dengan pandangan animisme di mana
benda-benda memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu terhadap benda lainnya.
Mengapa air sungai mengalir dari gunung ke laut? Karena gunung mendorongnya ke
laut. Mengapa angin bertiup dari laut ke darat? Laut meniupnya ke darat.
D. TOPIK-TOPIK SAINS UNTUK TK
Banyak topik yang dapat dipakai guru untuk
mengenalkan sains kepada anak TK. Namun demikian, topik-topik yang mudah
diamati dan menampilkan hubungan sebab-akibat secara langsung lebih disukai
anak daripada topik yang abstrak.
Wolfinger (1994) mengidentifikasi beberapa topik
yang disukai anak sebagai berikut.
1.
Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda
yang dapat bergerak, seperti memutar, menggelinding, melenting, atau melorot.
Mobi-mobilan, berbagai macam bola, dan benda-benda yang dapat menggelinding,
dengan papan datar dan miring merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak.
2.
Mengenal benda cair
Bermain
dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat mengarahkan
permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air.
Berbagai kegiatan bermain dengan air seperti benda-benda yang tembus dan tidak
tembus air, tenggelam dan terapung, dan aliran air sangat disukai anak. Air
memiliki karakteristik yang unik. Dengan kegiatan sederhana anak mengenal karakteristik
air, seperti meneteskan air di koin, mencampur air dengan sabun, dan benda-benda
lain yang larut dan tidak larut dalam air. Minyak, alcohol, dan benda cair
lainnya memiliki sifat yang berbeda dengan air.
3.
Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di
luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi
tempat. Suruh anak memakai rompi plastik agar tidak basah. Tujuan kegiatan ini
ialah agar memberi pengalaman kepada anak bahwa ada benda yang tenggelam dan
ada yang terapung di air. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil
terapung dan yang besar tenggelam. Anak akan melihat bahwa tenggelam atau
terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda. Ajak anak mengubah bentuk benda
agar benda yang tenggelam dapat terapung.
4.
Larut dan tidak larut
Sebagian benda larut dalam air dan sebagian
lainnya tidak. Gula, garam, dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan
membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka tidak akan membentuk endapan,
kecuali jika airnya diuapkan semuanya. Benda lain tidak larut dalam air,
seperti tepung, pasir, dan minyak goreng. Jika benda tersebut dicampur dalam
air maka tidak membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan
tidak homogen dan jika diendapkan akan terlihat adanya endapan.
5.
Mengenal timbangan (neraca)
Neraca
sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab-akibat karena hasilnya
tampak secara langsung. Jika beban di satu lengan timbangan ditambah, maka
beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai
benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang
lebih kecil di banding besi dan batu. Batu dan besi yang berukuran lebih kecil
lebih berat dibanding kapas atau spon saat ditimbang.
6.
Bermain dengan gelembung sabun
Anak
amat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok
gliserin pada 2 liter larutan sabun akan diperoleh larutan sabun yang menakjubkan
yang tidak mudah pecah sehingga dapat digunakan untuk membentuk gelembung
raksasa, jendela kaca, atau bentuk lainnya dari busa.
7.
Mencampur warna dan zat
Secara
teoretis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer meliputi
warna merah, kuing, dan biru. Warna sekunder dibentuk dengan mencampur dua atau
lebih warna primer. Misalnya warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkan
warna hijau. Anak-anak senang bermain dengan warna-warna tersebut.
8.
Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda
dari karet pada umumnya memiliki kelenturan, sehingga mampu melenting jika
dijatuhkan atau dilempar. Demikian pula benda dari karet yang diisi udara,
seperti bola basket, bola voli, dan bola plastik. Anak sangat senang bermain dengan
benda-benda tersebut.
9.
Bermain dengan udara
Udara
tidak kelihatan, sehingga sulit bagi anak untuk mengenalnya. Melalui berbagai
kegiatan sederhana, guru dapat mengenalkan udara untuk membantu anak menyadari
bahwa udara itu ada, meskipun tidak kelihatan. Berbagai kegiatan seperti balon
roket, roket dari soda kue, dan laying-layang merupakan kegiatan menarik bagi
anak yang terkait dengan udara.
10.
Bermain dengan bayang-bayang
Bayang-bayang
merupakan salah satu fenomena yang menarik dan kadang menakutkan bagi anak.
Mengenalkan bayang-bayang akan membuat anak tidak merasa takut dengan
bayang-bayang. Bayang-bayang timbul jika ada cahaya yang mengenai benda. Ukuran
bayang-bayang dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari bendanya,
tergantung posisi benda, sudut sinar, dan sumber cahayanya.
11.
Melakukan percobaan sederhana
Anak
sangat antusias untuk melakukan percobaan dan ingin tahu hasilnya. Menanam
biji, sebagian disiram air dan yang lain tidak, misalnya, dapat dijadikan percobaan
yang menarik bagi anak. Anak senang mengamati bagaimana biji berkecambah dan
tumbuh menjadi tanaman baru. Anak mulai sadar bahwa tumbuhan memerlukan air
untuk tumbuh.
12.
Mengenal api dan pembakaran
Kegiatan
yang menggunakan api harus dibawah pengamatan guru secara langsung agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak suka mengamati sesuatu yang terbakar
dan perubahan benda akibat terbakar. Anak akan menyadari ada benda yang mudah
terbakar dan adapula yang sulit terbakar.
13.
Mengenal es
Es
bisa menjadi air dan air dapat menjadi es. Kelak anak mengenal bahwa es adalah air
yang membeku. Proses tersebut membantu anak mengenal asal mula suatu benda,
suatu proses menuju objek permanen (object permanency) dan hubungan sebab-akibat.
Es yang dimasukkan dalam gelas yang diisi air dingin dan air panas akan mencair
dalam waktu yang berbeda. Percobaan sederhana tersebut melatih anak membuat
hubungan logis antar variabel.
14.
Bermain dengan pasir
Bermain pasir dengan menggunakan berbagai kaleng
atau takaran akan membantu siswa memahami konservasi volume. Oleh karena itu di
TK sangat disarankan untuk memiliki bak pasir di mana anak dapat bermain pasir.
Anak TK suka sekali main dengan pasir dengan cara membuat berbagai bentuk
seperti rumah, jalan, terowongan, dan istana, suatu kegiatan yang melatih
kecerdasan spatial.
15.
Bermain dengan bunyi
Bunyi
terbentuk oleh udara yang bergetar oleh karena itu bunyi dapat dibuat dengan cara
menggetarkan udara, seperti memukul, meniup, atau menggoyang benda. Anak-anak
suka sekali bermain dengan benda-benda yang mengeluarkan bunyi. Membuat peluit
sederhana dari sedotan minuman atau bermain dengan alat-alat musik yang
menimbulkan bunyi disukai anak-anak.
16.
Bermain dengan magnet
Anak
TK mungkin masih memandang magnet sebagai barang ajaib (magis), tetapi mengenalkan
fenomena kemagnetan tidak menjadi persoalan. Anak senang sekali bermain dengan
magnet dan menguji benda-benda yang dapat menempel pada magnet.
E. PENDEKATAN OPEN INQUIRY
Tujuan
utama pendekatan “Open Inquiry” adalah “to inquire” atau untuk “menyelidiki”,
meskipun pada praktiknya banyak anak “menemukan” (discovery) sesuatu dari
penyelidikannya itu. Pendekatan ini tidak berusaha mengajarkan konsep-konsep
sains kepada anak, tetapi memberi kesempatan yang luas dan bebas kepada anak
untuk melakukan eksplorasi dan investigasi terhadap berbagai fenomena alam.
Melalui eksplorasi dan investigasi tersebut anak mengkonstruksi pengetahuan,
yang kadang, karena tahap perkembangan kognitifnya, masih bersifat sinkretik.
Ciri
lain dari pendekatan “Open Inquiry” adalah fungsi guru bukan sebagai pemberi
informasi dengan ceramah, tetapi sebagai fasilitator dan co-leaner /
co-investigator. Guru menyediakan berbagai material yang diperlukan anak untuk investigasinya,
ikut bermain bersama, dan menjadi model investigasi bagi anak. Ketika anak
sudah terlibat betul dengan kegiatan investigasinya, guru dapat memberi
pertanyaan-pertanyaan yang sedikit di atas kemampuan aktual anak dengan tujuan
untuk mendorong investigasi dan pikirannya berkembang lebih tinggi. Sebagaimana
teori Tools of the mind dari Vygotsky (1996), hal itu akan meningkatkan Zone of
Proximal Development, sehingga anak belajar lebih cepat dan lebih tinggi
(mengalami akselerasi dan eskalasi). Pendekatan Open Inquiry memungkinkan anak
berinteraksi langsung dengan obyek, memberi perlakuan terhadap obyek, dan
melihat hasil perlakuannya.
Kegiatan
tersebut memungkinkan anak mengkonstruksi pengetahuan sebagai hasil pengalaman
sensoris yang diteruskan dengan proses kognitifnya. Proses sensoris dan
kognitif tersebut akan lebih terfokus manakala guru merangsangnya dengan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang.
F. CARA PENGENALAN SAINS DENGAN PENDEKATAN OPEN INQUIRY
1.
Perencanaan
a.
Tentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema. Misalnya pada tema air, kegiatannya
adalah anak bermain dengan berbagai benda di air, menyelidiki benda-benda yang
tenggelam dan terapung, jenis dan ukuran benda yang tenggelam dan terapung,
serta membuat benda tenggelam menjadi terapung. Tentukan material atau
benda-benda yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.
b. Tentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk merangsang anak
melakukan investigasi lebih terfokus.
Wolfinger
(1994) mengidentifikasi empat jenis
pertanyaan berjenjang dalam pendekatan Open
Inquiry sebagai berikut.
Pada tahap I, pertanyaan ditujukan untuk melihat kenyataan, seperti apa itu,
berapa banyaknya, apa yang dapat kamu lihat, bau, dan rasakan?
Pertanyaan tahap II, difokuskan untuk melatih anak membuat asosiasi, seperti
“Benda mana lagi yang tenggelam seperti batu ini? Benda mana saja yang terapung
seperti balok ini?”
Pertanyaan tahap III, adalah pertanyaan yang memfokuskan anak melihat hubungan
sebab-akibat, seperti “Apakah semua benda yang berukuran besar tenggelam dan
yang berukuran kecil terapung?” (Anak biasanya memiliki persepsi bahwa benda
yang berukuran besar tenggelam dan yang kecil terapung. Mereka belum memiliki pengetahuan
bahwa berat jenis benda yang menentukan suatu benda tenggelam atau terapung).
Pertanyaan jenis IV adalah tantangan atau “problem solving” yang berfungsi
untuk mengembangkan imajinasi anak, seperti “Bagaimana caranya agar lempung
yang tenggelam dapat terapung?”
c.Tentukan jenis tantangannya seperti pada pertanyaan jenis IV.
Ajukan
pertanyaan yang menantang anak untuk melakukan investigasi lebih lanjut dan
melihat hubungan antar variabel.
d. Tuangkan rencana kegiatan tersebut kedalam SKH.
2. Pelaksanaan
a.
Tahap I: Bermain
Sediakan
berbagai material/benda-benda untuk bermain anak sesuai dengan tema. Misalnya
untuk bermain air, sediakan tempat air besar, ember, atau kolam, berbagai benda
yang tenggelam dan terapung dengan berbagai ukuran dari kayu dan logam, gelas
dan botol plastik, lempung/plastisin/play dough.
Untuk
memotivasi anak, sebaiknya guru ikut bermain untuk mendemonstrasikan bagaimana
bermain dengan benda-benda tersebut. Guru dapat mulai bertanya “Benda apa saja
yang kalian gunakan untuk bermain di air?”
b.
Tahap II: Investigasi
Biarkan
anak bermain dengan benda-benda tersebut di air. Ketika anak bermain di air dan
melakukan investigasi terhadap benda-benda, mereka mulai menyadari bahwa
beberapa benda tenggelam di air dan beberapa lainnya terapung. Ajukan
pertanyaan, seperti “Benda apa saja yang tenggelam seperti batu ini? Benda apa
saja yang terapung seperti balok ini?”
c.
Tahap III: Sebab-akibat
Tahap
ini melatih hubungan sebab-akibat dari dua variabel. Misalnya menyelidiki
apakah tenggelam dan terapung dipengaruhi oleh ukuran benda? Jika anak sudah
menemukan berbagai benda yang terapung dan benda yang tenggelam, ajukan
pertanyaan lain yang merangsangnya untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat:
“Apakah benda yang lebih besar selalu tenggelam dan yang lebih kecil selalu
terapung?” Anak akan terangsang untuk melakukan “eksperimen” sederhana dan
segera mengetahui hasilnya.
d.
Tahap IV: Tantangan
Beri
tantangan kepada anak sedikit lebih tinggi dari kemampuan aktualnya. Misalnya
guru mencelupkan tutup gelas dari logam dengan posisi miring, maka tutup gelas
akan tenggelam. Lalu celupkan tutup gelas tersebut dengan posisi tengadah, maka
tutup gelas akan terapung di air. Anak-anak akan takjub melihat “keajaiban”
itu. Guru memberi “problem solving” atau tantangan: “Dapatkah kalian membuat lempung
yang tenggelam menjadi terapung seperti tutup gelas itu?” Anak –anak akan
berpikir setingkat lebih tinggi dan kembali termotivasi untuk melakukan investigasi.
Anak akan membentuk lempung menyerupai tutup gelas, seperti perahu, atau
seperti bola agar dapat terapung.
G. PENUTUP
Pengenalan sains untuk anak TK menggunakan
pendekatan Inquiry anak TK sebaiknya menerapkan esensi bermain melalui kegiatan
yang menyenangkan, menantang, dan merdeka. Guru menyediakan berbagai benda yang
diperlukan untuk bermain dan belajar. Guru memodelkan cara bermain untuk
memikat anak ikut bermain. Dengan permainan itu, Guru mengajak anak melakukan
observasi dengan menggunakan berbagai inderanya terhadap berbagai benda di
alam. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang secara bertahap
meningkat derajat kesulitannya untuk merangsang anak melakukan investigasi
lebih jauh. Anak akan berlatih melakukan percobaan sederhana dan melihat
hubungan sebab-akibat, sehingga kelak anak dapat berpikir logis dan rasional.
Referensi
Appleton,
K. (1993). Using theory to guide practice: Teaching science from a constructivist
perspective. School Science and Mathematics, 93(1993). 269-274.
Bradekamp,
S. (2000). Developmentally Appropriate Practices, serving education for young
children from birth through age 8. Washington, DC.: NAEYC.
Bryce,
T. G. K.; McCall, J.; MacGregor, R. I. J.; & Weston, R. A. J, (1990).
Techniques for Assessing Process Skills in Practical Science. Oxford: Heinemann
Educational Books.
DeVries,
R. & Kohlberg, L. (1987). Constructivist early childhood education:
Overview and comparison with other program, Washington, DC.: NAEYC.
Hewson,
P. W. & Hewson, M. G. (1988). An appropriate cenception of teaching
science: A view from studies of science learning. Science Education, 72,
597-614.
Hooper,
C. (1990). In Focus: What science is learning about learning science. The
Journal
of NIH Research, Vol. 2, No. 4 (1990), 75-89. National Research Council (1996).
National Science Education Standards. Washington, DC.: National Academy Press. NSTA
(2005). “National science Education Standards.”
http://www.nap.edu/readingroom/books/nses/html. Paiget,
J. (1970). The Science of Education amd the Psychology of the Child. NY: Grossman.
Sund, R. (1998). Teaching Science through Discovery. New York: Macmillan
Publishing Company.
Wolfinger,
D.M. (1994). Science and Mathematics in Early Childhood Education. New York:
Harper Collins College Publisher.
Praktik Bermain
Sains untuk Anak Usia Dini
Sains adalah
produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah pengetahuan yang
terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami. Sebagai proses,
sains mencakup kegiatan menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan.
Kegiatan bermain sains sangat penting diberikan untuk anak usia dini karena
multi manfaat, yakni dapat mengembangkan kemampuan:
- Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam
- Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.
- Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan.
- Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Berikut ini
disajikan contoh kegiatan sains untuk anak usia dini:
Bidang
Pengembangan
: kemampuan dasar kognitif
Tingkat
Capaian Perkembangan : siswa
dapat mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari
Capaian
Perkembangan : siswa dapat
mengenal konsep sains sederhana
Jenis
Kegiatan:
1. Penggabungan Warna
Indikator
- Siswa dapat membedakan warna primer (merah, kuning, biru)
- Siswa dapat menyebutkan warna baru hasil penggabungan (warna sekunder)
- Siswa dapat member contoh benda yang berwarna merah, kuning, biru, hijau, oranye dan ungu
Alat dan bahan:
- Plastik mika berwarna merah, kuning dan biru
- Kertas HVS putih
- Steples
Cara kerja:
- Letakkan kertas HVS putih di atas meja dan tempelkan mika kuning di atas kertas HVS. Kemudian tempelkan mika biru di atas mika kuning. Apa yang terjadi?
- Dengan langkah sama, tempelkan mika merah di atas mika kuning. Apa yang terjadi?
- Sekarang, tempelkan mika merah di atas mika biru. Apa yang terjadi?
2.
Penggabungan Warna
Indikator:
- Siswa dapat membedakan warna primer (merah, kuning, biru)
- Siswa dapat menyebutkan warna baru hasil penggabungan (warna sekunder)
- Siswa dapat member contoh benda yang berwarna merah, kuning, biru, hijau, oranye dan ungu
Alat dan
bahan:
Gelas aqua
(9 buah), Air, Pewarna makanan merah, kuning, biru
Cara kerja:
- Isi 3 gelas aqua dengan air bening (tidak berwarna)
- Teteskan pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas ketiga. Apa yang terjadi?
- Bagilah cairan berwarna merah, kuning dan biru tadi masing-masing menjadi tiga.
- Campukan cairan merah dengan kuning, apa yang terjadi?
- Campurkan cairan merah dengan biru, apa yang terjadi?
- Campurkan cairan kuning dengan biru, apa yang terjadi?
Konsep
Warna
primer : warna dasar,
yaitu merah, kuning, biru
Warna
sekunder : hasil pencampuran warna
primer
- Merah + kuning = oranye
- Merah + biru = ungu
- Kuning + biru = hijau
3.
Magnet
Indikator:
- Siswa dapat membedakan benda yang disebut magnet dan benda bukan magnet
- Siswa dapat membedakan benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet dan yang tidak dapat ditarik magnet.
Alat dan
bahan :
Magnet,
Penggaris, Gunting, Permen, Pensil, Kertas, Peniti, Paku kecil, Klip
Kertas, Penghapus
Cara kerja
- Dekatkan magnet dengan benda-benda di atas satu per satu sambil berteriak “Kamu kena…..”
- Amati apa yang terjadi? Jika benda tidak dapat ditarik magnet, semua berteriak “Huuuu……”
4.
Sulap Bunga
Indikator:
- Siswa dapat mengenal salah satu sifat air, yaitu dapat masuk ke dalam pori-pori yang halus
Alat dan
bahan:
Kertas
marmer, Pensil warna atau krayon, Gunting, Mangkok yang bagian mulutnya lebar,
Air
Cara kerja
- Gambarlah pola bunga pada kertas marmer seperti gambar di bawah, kemudian warnai.
- Guntinglah bagian tepinya.
- Lipatlah “mahkota bunga” sehingga seperti bunga yang sedang kuncup.
- Isilah air ke wadah mangkok hingga tiga per empat
- Letakkan bunga teratai kertasmu secara perlahan di atas permukaan air. Perlahan tetapi pasti, bunga terataimu akan mekar.
Konsep
- Kertas memiliki pori-pori yang sangat halus yang terletak di antara serat kertas sehingga tidak terlihat oleh mata kita.
- Air memiliki kemampuan masuk ke pori-pori kertas. Kemampuan ini disebut daya kapilaritas.
- Masuknya air ke pori-pori kertas menyebabkan serat kertas mengembang termasuk bagian lipatan kertas. Inilah yang menyebabkan bunga terataimu menjadi mekar.
5.
Kapur Barus Lompat
Indikator:
- Siswa dapat mengenal posisi benda dalam air (tenggelam, terapung, melayang)
Alat dan
bahan:
Kapur barus
berbentuk bola, Cuka, Soda kue, Air, Botol selai, Sendok
Cara kerja :
- Isilah botol selai dengan air hingga tiga per empat bagian.
- Tuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata.
- Ketuk-ketukkan kapur barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar.
- Masukkan kapur barus ke dalam botol selai. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali
kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian
akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung
tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan
soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan
dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur
barus akan tampak seperti berlompatan.
6.
Telur Ajaib
Indikator:
- Siswa dapat mengenal posisi benda dalam air (tenggelam, terapung, melayang)
Alat dan
bahan:
Telur ayam
mentah, Air, Garam, Gelas kaca bening
Cara kerja:
- Isilah gelas dengan air hingga tiga per empat bagian.
- Masukkan telur, tomat dan wortel ke dalam gelas. Apa yang terjadi?
- Masukkan garam ke dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Telur di
dalam air akan tenggelam karena telur lebih berat dari pada air.
Telur di
dalam larutan garam akan melayang karena telur sama berat dengan larutan
garam.
7.
Paru-paru Plastik
Indikator:
- Siswa dapat mengenal cara kerja paru-paru (bernafas)
- Siswa dapat mempraktikkan gerakan nmenarik nafas dan membuang nafas
Alat dan
bahan:
Botol air
mineral bekas, Sedotan, Balon karet, Pisau kertas, Lilin mainan, Double tip
Cara kerja:
- Potonglah bagian tengah botol plastik.
- Ikatkan sebuah balon di salah satu ujung sedotan, kemudian lingkari mulut botol dengan lilin mainan.
- Masukkan sedotan melalui mulut botol dan gunakan lilin untuk menutup sela-selanya.
- Potonglah balon kedua, kemudian pasang menutupi dasar botol. Paru-paru plastic sudah jadi.
- Jika balon di dasar botol ditarik, balon di dalam botol akan mengembang.
- Jika balon di dasar botol dilepaskan, balon di dalam botol akan mengempis.
8. Cetakan
Daun Gugur
Indikator :
- Siswa dapat membedakan bermacam-macam bentuk daun (…… macam)
- Siswa dapat menyebutkan bentuk daun (melebar, memanjang, menjari)
- Siswa dapat menyebutkan warna daun
Alat dan
bahan:
Berbagai
bentuk daun-daun gugur, Alumunium foil tipis, Penghapus, Karton, Lem
Cara kerja:
- Letakkan daun-daun dengan rata di atas meja.
- Tutupi tiap helai daun dengan alumunium foil tipis.
- Gosok-gosokkan penghapus maju mundur secara perlahan alufoil sampai motif daun tercetak di sana.
- Untuk memajangnya, rekatkan tiap alufoil bermotif daun pada kertas karton, dan rekatkan daun di sebelahnya.
Sumber
Bacaan:
- Abadi Prayitno, Amelia Piliang. 2009. Yuk, Bermain Sains Bersama Ayah dan Ibu. Jakarta. Dian Rakyat.
- Charner Kathy, et.al. 2005. Brain Power: Aktivitas Berbasis Minat Anak (terj.). Erlangga for Kids.
- Yulianti, D. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Indeks.
Sains Untuk Anak Usia Dini
Sains: Pengetahuan
sains lebih dari sekedar fakta, bagaimana fakta-fakta tersebut memberikan
informasi
yang lebih bermakna
Ø
Pengetahuan fisik: pengenalan tentang fisik benda dan gerakan yang dibuat oleh
benda, misalnya bentuk, warna, menggelinding, melayang, dsb serta perubahan
benda saat dicampur, saat dikocok, saat dituang, dsb.
Ø
Pengetahuan kehidupan: pengetahuan tentang kehidupan makhluk hidup manusia,
binatang dan tanaman (siklus hidup, habitat, cara makan, karakteristik
hidupnya, perubahan saat tumbuh, hidup sehat, dsb
Ø
Pengetahuan tentang alam dan lingkungan: pengetahuan tentang benda yang ada di
lingkungan anak, termasuk benda angkasa yang terlihat secara garis besarnya
saja, misalnya bulan, matahari, bintang; pengetahuan tentang cuaca, bagaimana
menjaga lingkungan, dsb.
Mengembangkan
Pengetahuan Sains
Ø Meletakkan
benda-benda agar anak dapat mengamati objek seperti: magnet, kaca pembesar,
cermin, timbangan, dll.
Ø Meletakkan
benda-benda yang sudah rusak seperti: telepon, radio, mainan bongkar pasang,
dll.
Ø Mengajak
anak-anak menanam, memelihara binatang kesayangan serta mendiskusikan tumbuh
kembang serta siklus hidupnya.
Ø Berbicara
tentang benda-benda yang tampak di angkasa saat siang dan malam; cuaca dan
benda-benda yang perlu disiapkan serta memelihara lingkungan terhadap perubahan
cuaca
Pembelajaran
sains pada AUD difokuskan pada pembelajaran mengenai diri sendiri, alam sekitar
dan gejala alam.
Tujuan
pembelajaran Sains pada anak usia dini, antara lain:
- Membantu menumbuhkan minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya.
- Membantu agar memahami dan mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Membantu agar dapat mengenal dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
KONSEP
KURIKULUM PAUD
Ø Kurikulum
PAUD menggunakan pendekatan holistic curriculum mencakup semua aspek
perkembangan
Ø Proses
belajar dilaksanakan secara integrated learning mencakup semua konsep
pengetahuan (bahasa, matematika, sains, ilmu sosial, seni)
Ø Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui bermain
MENENALKAN
PERUBAHAN FISIKA BENDA PADA AUD
Beberapa
benda dapat berubah wujud misalnya air akan membeku bila didinginkan, dan akan
mencair bila dipanaskan kembali. Perubahan air menjadi es batu dan sebaliknya
merupakan contoh perubahan fisika.
APA
PERUBAHAN FISIKA ITU?
Perubahan
fisika adalah perubahan wujud atau fisik dari suatu benda, tetapi benda
tersebut dapat kembali kewujud asalnya. Kita dapat menyebutkannya sebagai
perubahan wujud yang dapat kembali ke wujud semula.
Pada
perubahan fisika, tidak terjadi perubahan yang melibatkan reaksi kimia. Dengan
demikian, komposisi molekul pada benda tidak mengalami perubahan dan sifat
kimiawinya tidak hilang. Perubahan fisika juga termasuk perubahan bentuk dan
ukuran benda tersebut.
Perubahan
fisika dapat terjadi diantaranya karena suatu benda dipanaskan atau didinginkan
atau diberi tekanan.
Di dalam
perubahan fisika, akan terjadi perubahan wujud benda diantaranya sebagai
berikut:
Ø Perubahan
benda cair ke gas dan sebaliknya
· Penguapan:
perubahan benda ciar ke gas, contohnya air panas akan mengeluarkan asap, asap
itu disebut uap air sedangkan uap air itu adalah benda gas.
·
Pengembunan: perubahan benda gas ke cair contohnya bila air panas ditutup rapat
beberapa saat maka pada tutup tersebut terdapat titik-titik air yang berasal
dari uqap air yang berubah wujud menjadi cair.
Ø Perubahan
benda padat ke cair dan sebaliknya
· Peleburan:
perubahan benda padat ke cair, contohnya jika es dipanaskan akan berubah
menjadi cair.
·
Pengkristalan: perbahan benda cair ke pada, contohnya jika air didinginkan akan
berubah menjadi padat kembali yang disebut es.
Ø Perubahan
benda gas ke padat dan sebaliknya
·
Pengkristalan: perubahan benda gas ke padat, contohnya jika udara terlalu
dingin maka udara tersebut akan mengkristal yaitu berubah menjadi salju.
·
Penyublunan: perubahan benda padat ke gas, contohnya kapur barus jika
digantungkan didalam lemari, bila diperhatikan kapur barus lama-kelamaan akan
mengecil kemudian menghilang karena kapur barus berubah menjadi gas dan
bercampur dengan udara, dapa dirasakan dengan harum kapur barus pada lemari.
EKSPERIMEN
Nama anak
: Fahiim Rasyid
Akhmad
Usia : 6 tahun
Saya menbuat
eksperimen pada anak saya sendiri, yaitu saya mengenalkan pada nya perubahan
benda cair ke gas dan sebaliknya perubahan gas ke cair.
Untuk
mengenalkan perubahan benda cair ke gas bahan-bahan yang saya perlukan adalah
sebagai berikut:
Ø Saya
menyiapkan 1 gelas air panas, besetra tutupnya.
Ø Kemudian
saya meminta anak saya untuk membuka tutup gelas, maka akan terlihat kepulan
asap keluar dari gelas tersebut, bila kepulan asap tidak terlalu terlihat maka
saya meminta agar anak saya meletakkan tangannya diatas gelas kira-kira 4-5 cm
dari permukaan gelas. Maka dia akan merasakan udara panas diatas permukaan
gelas.
Ø Mengapa
demikian? Karena bila air dipanaskan maka akan terjadi perubahan wujud dari
benda cair ke gas, uap yang keluar dari gelas adalah benda gas. Air panas
tersebut mengalami penguapan.
Dan untuk
mengenalkan perubahan benda gas ke cair bahan-bahan yang saya gunakan adalah
sama, karena mengingat perubahan fisika merupaka perubahan wujud atau fisik
suatu benda, tetapi benda tersebut dapat kembali ke wujud asalnya, yaitu:
Ø Saya
menggunakan 1 gelas air panas tadi beserta tutupnya.
Ø Saya
mminta agar anak saya menutup air panas yang didalam gelas ditutup dan dibiakan
beberapa saat.
Ø Setelah
agak lama, saya meminta anak saya untuk membuka tutup gelas, dan membalik tutup
gelas. Maka akan terlihat titik-titik air di permukaan tutup tersebut.
Ø Saya
mengatakan itu adalah embun, karena uap air yang disebut gas mengalami
pengembunan sehingga uap air tersebut berubah wujud menjadi cair.
HASIL
EKSPERIMEN
Ø Anak dapat
mengetahui dan mengenal hukum sebab akibat.
Ø Anak dapat
mengetahui perubahan fisika benda secara sederhana.
Ø Anak dapat
memahami konsep fisika secara sederhana.
Ø Anak dapat
mengembangkan pengetahuannya.
Ø Anak dapat
menggerakkan motorik halusnya.
Ø Anak dapat
menggunakan panca indranya
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr.
Muntari, M. Phil, bahan pelatihan pengembangan kurikulum dan ape anak usia dini
forum paud ntb.
2. Sanita
Santi. SAINS UNTUK PEMULA. Ganeca Exact. 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar