search

Selasa, 27 Agustus 2013

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI



Pendahuluan
            Sebelum kita membicarakan tentang metode, maka kita sedikit berfalsafah, tentang mengapa harus mengajarkan perekembangan fisik dan motorik kepada anak usia dini. Kapan perkembangan fisik dan motorik harus diajarkan dan kapan harus mulai dikembangkan, siapa yang harus mengajarkan mereka dan dimana adalah pertanyaan-pertanyaan yang mungkin perlu kita kaji kembali, selain itu kita harus lebih memperhatikan perkembangan apa yang harus kita ajarkan , bagaimana mengajarkannya , dan mengapa kita harus mengajarkan, karena ketiga pertanyaan inilah yang menggerakkan kami untuk menyusun buku ini.
            Marilah kita secara singkat mempelajari keenam pertanyaan tersebut sebelum masuk ke metode yang akan kita terapkan dalam proses pembelajaran. Mengapa ? .mengapa kita mengajarkan perkembangan fisik dan motorik ? karena orang tua kita dahulu mencoba mengajarkan kepada anak-anak mereka. Karena sudah menjadi tradisi yang sudah dilakukan oleh guru kita sejak dahulu. Karena dapat menjadikan anak didik kita lebih kuat, tangkas dan luwes dalam bergerak. Karena kita mempercayai bahwa dengan merangsang perkembangan fisik motorik membuat anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
            Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, lognitif, sosial emosional dan bahasa. Masa ini menurut Ebbeck (1998) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki ketrampilan dan kemampuan walupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini merupakan fase foundamental yang akan menentukan kehidupannya dimasa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia  dini khususnya perkembangan fisik dan motorik.
            Ketika anak mencapai tahapan usia TK ( 3-6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi.. perbedaanya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan serta ketrampilan yang dimiliki. Kalau kita perhatikan, pada anak usia TK telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai jenis ketrampilan. Dengan bertambahnya usia perbandingan antara bagian tubuh berubah. Selain itu, letak gravitasi maikn berada bagian bawah tubuh sehingga keseimbangan ada pada tungkai  bagian bawah.
            Karena gerakan anak usia TK lebih terkendali dan terorganisasi dengan pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjungkai dengan santai serta mampu melangkah dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola tersebut memungkinkan anak untuk memberikan respon dalam berbagai situasi yang mereka hadapi. Pada masa ini ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat perkembangannya. Karena pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Karena otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Karena masa kecil sering disebut sebagai saat ideal untuk mempelajari ketrampilan motorik dengan alasan :
1.       tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa sehingga anak lebih mudah menguasai ketrampilan motorik.
2.       Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
3.       Secara keseluruhan anak lebih berani mencoba pada saat kecil ketimbang setelah besar. Oleh karena itu mereka berani mencoba sesuatu yang baru, sehingga menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
4.       Anak –anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
5.       Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.

       Kapan kita harus mengajarkan perkembangan fisik dan motorik kepada anak-anak adalah pada segala usia dan mulai anak sudah bisa mencontoh gerakan-gerakan orang dewasa disekitarnya. Perubahan terjadi secara teratur dalam arah yang relatif dapat diprediksi. Misalnya sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama-tama anak belajar mengangkat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan dan kemudian berdiri tanpa bantuan. Demikian pula dalam belajar menulis , anak-anak belajar membuat tulisan dalam bentuk tulisan cakar ayam atau coretan-coretan. Tulisan cakar ayam merupakan dasar untuk membentuk huruf, kemudia konsonan tunggal yang menggambarkan seluruh kata , kemudian kombinasi huruf yang mengarah pada ejaan , dan akhirnya menjadi huruf-huruf yang setandar.


A.    Karakteristik keterampilan koordinasi gerakan motorik anak usia dini
·          Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan, kecepatan,kelenturan ,ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan.
Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 
1.       Keterampilan lokomotor
2.       Keterampilan non lokomotor
3.       Keterampilan manipulatif / memproyeksi

1.       Keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya  dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang ( spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
2.       keterampilan non lokomotor,yaitu menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat seperti : berayun, mengangkat,bergoyang,merentang,memeluk, melengkung, memutar, membungkuk,mendorong.keterampilan ini sering di kaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh,yaitu gerakan yg membutuhkan keseimbangan pada taraf tertentu.
3.       keterampilan manipulatif,meliputi penggunaan serta pengontrolan  gerakan otot-otot kecil yang terbatas,terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan  gerakan manipulatif,antara lain meregang ,memeras,menarik,menggegam, memotong, meronce, membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan ini  dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik.


Sesuai dengan tujuan pendidikan di taman kanak-kanak yang mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, maka yang dilakukan di taman kanak-kanak adalah mengembangkan jasmani anak dan bukan mengajarkan olahraga. Pengembangan jasmani pada anak TK  menitik beratkan pada latihan gerak yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai gerakan-gerakan dasar yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan diri  selanjutnya. Mereka dilatih agar mampu menggunakan otot-ototnya dengan baik agar mereka lebih tangkas di dalam gerakan-gerakannya.
       Rudolf Laban (1930) seorang ahli mengemukakan bahwa gerakan yang diajarkan pada anak prasekolah selalu berkaitan dengan hal-hal berikut :
a.        Waktu
Yang dimaksud dengan waktu berkaitan dengan cepat / lambat. Misalnya, gerakan yang dilakukaan oleh seluruh atau sebagian tubuh dengan kecepatan yang berbeda. Mulai dari yang cepat sampai yang lambat atau dari yang lambat sampai yang cepat. Gerakan dapat dipercepat atau diperlambat dan gerakan dapat berirama.
b.       Beban.
Gerakan dapat diberikan dalam bentuk gerakan yang berat, ringan, atau sedang.
c.        Ruang.
Gerakan juga berkaitan dengan ruang, yaitu sejauh mana gerakan tubuh itu menggunakan ruang dalam pelaksanaanya. Tubuh atau sebagian tubuh dapat digerakkan ke berbagai arah. Misalnya maju kedepan, mundur kebelakang, melangkah kesamping dan seterusnya. Bisa juga bergerak melalui jalur tertentu, seperti lurus langsung atau memutar. Anak juga bergerak dalam level yang berbeda, misalnya dari ketinggian tertentu.
d.       Alur.
Gerakan adalah sesuatu yang berkesinammbungan yang mengalir dari suatu gerak tertentu ke gerak lainnya. Gerakan juga merupakan suatu kesatuan yang mempunyai alur yang indah yang m,eliputi gerakan seluruh tubuh, gerakan beberapa bagian tubuh atau yang berkaitan dengan orang ataupun obyek lainnya.

Aspek kualitatif dari gerakan yang ditampilkan oleh anak, menurun Laban tergantung pada usaha, yaitu bagaimana seseorang mengkombinansikan penggunaan berbagi unsur / faktor tersebut ( waktu, beban, ruang dan alur ). Oleh karena itu, ide atau tema gerakan sangatlah esensial, artinya didalam mengajarkan gerakan pada anak, seorang memunculkan ( mempunyai ide atau gagasan) berupa gerakan apa saja yang akan dimunculkan dan bagaimana caranya  misalkan atarian, senam atau melalui berbagai permainan yang disesuaikan dengan karaktedristik anak didik.
Gerakan-gerakan dasar atau keterampilan motorik kasar tersebut harus dilatihkan pada anak TK sampai mereka benar-benar menguasai. Untuk mencapai tujuan tersebut guru tidak dapat menyuruh anak melakukan sendiri tanpa diberi contoh lebih dahulu. Artinya anak tidak bisa hanya diberi komando/ instruksi saja sedang guru tidak berbuat apa-apa. Kektiga gerakan dasar perlu digabungkan ketika anak anak-anak mulai akktif bermain. Anak-anak diberi kesempatan mengembangkan gerakan-gerakan motoriknya agar anak-anak mampu mengenal dirinya sendiri, timbul kepercayaan dirinya dan merasa diterima dilingkungannya.

B.    Prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan fisik  motorik di TK meliputi :
a.        Kegiatan dalam bentuk permainan
b.       Menciptakan suasana gembira dan menyenangkan
c.        Gerakannya bervariasi
d.       Dilakukan tiap hari, baik secara formal maupun diselipkan diantara kegiatan yang direncanakan
e.        Berencana dan bertahap
f.        Diatur sesuai dengan  kebutuhan anak untuk bermain dan bergerak

Disamping prinsip pelaksanaan tersebut diatas agar tujuan pembelajaran tercapai perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, situasi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan, tenaga guru yang memiliki kemampuan/ kompetensi membimbing anak usia dini dan peran serta orang tua dan masyarakat.
       Berdasarkan keterampilan koordinansi motorik kasar tersebut diatas, maka anak usia TK sudah dapat melakukan berbagai aktivitas sebagai berikut :
a.      Mengendarai sepeda roda  dua dan roda tiga
b.      Berlalri dan berhenti, berlari dengan sempurna
c.      Menaiki dan memanjat tangga gimnastik
d.     Melompat dan meloncat
e.      Berdiri dengan satu kaki ( keseimbangan)
f.       Dapat mengikuti irama musik
g.      Dapat menendang bola, melempar bola, dst

C.     Keterampilan gerakan motorik halus
Keterampilan motorik halus menyangkut koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai akktivitas, diantaranya adalah :
a.          Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas
b.          Dapat memasang dan memmbuka kancing dan resleting
c.          Dapat menahan kertas dengan satu tangan , sementara tangan yang lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.
d.         Dapat memasukkan benang ke dalam jarum
e.          Dapat meronce manik-manik
f.           Dapat membentuk dengan plastisin /was
g.          Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.

D.    Pengalaman dan ingatan
Dalam belajar keterampilan motorik, anak-nak memerlukan pengalaman keterampilan dasar ( gerak lokomotor, nonlokomootor dan manipulatif). Mereka harus belajar gerakan-gerakan sederhana sebelum menghubungkannya ke dalam gerakan-gerakan yang lebih sulit, sebelum menguasai sebuah keterampilan gerak, anak-anak harus diberi kesempatan untuk malkukan latihan-latihan. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba, membetulkan dan mencoba lagi. Anak-anak akan memperbaiki keterampilan motoriknya berdasarkan pengalaman bermain yang dilakukan sebelumnya.
Ingatan berperan penting bagi anak dalam mempelajari keterampilan motorik. Anak perlu mengingat kembali hal yang baru dilakukannya agar dapat mengoreksi dan memperbaikinya. Contohnya, bola yang dilemparkan anak dari jarak tertentu ke dalam kotak dan tidak berhasil memasukkan bola ke dalam kotak tersebut, maka pada kesempatan berikutnya anak akan mencoba melempar bola lebih kencang atau dengan jarak yang lebih dekat agar tidak meleset.
Untuk memepelajari keterampilan gerak, anak-anak harus menggabungkan memori atau ingatan dengan pengalaman sebelumnya. Memanfaatkan kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru, serta mempraktekkan apa yang telah dipelajari. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan gerak di Taman Kanak-kanak, tidak berbeda dengan kegiatan pengembangan jasmani karena gerakan-gerakan yang dikembangkan merupakan gerakan-gerakan fisik anak usia TK sehingga guru perlu memperhatikan ketentuan pedagogis, gerakan yang kreatif dan bervariasi, serta dilakukan setiap hari, baik secara formal yang direncanakan, maupun sebagai selingan diantara dua kegiatan atau transisi. Urutan gerakan dalam kegiatan secara formal atau metodik dalam menyampaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
I.                   Pendahuluan atau latihan pemanasan atau warming up
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :
a.       menaikkan suhu badan,
b.      menyiapkan baik jasmani maupun rohani agar dapat melakukan latihan inti dengan baik ,
c.       agar tidak terjadi cedera
Latihan ini dilakukan dengan cara berjalan, berlari atau permainan sederhana yang memerlukan gerakan tangan, kepala, badan atau kaki. Waktu pemanasan ini sebaiknya jangan terlalu lama, agar anak tidak mengalami kelelahan (  5 menit).
II.                Latihan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dari perkembangan fisik. Latihan inti dimaksudkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.       Latihan peregangan dan kelenturan otot
Latihan peregangan dan kelenturan tubuh biasanya kita sebut latihan tubuh (B 1) yang bertujuan untuk melatih penguluran,penguatan, pelemasan, pelepasan.
b.      Latihan keseimbangan badan ( B 2)
Biasanya dilakukan dengan cara bertumpu pada salah satu kaki, meniti di atas papan titian, berjalan jinjit lurus ke depan, maupun berjalan mundur dengan menutup mata.
c.       Latihan kekuatan dan ketangkasan badan (B 3)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melatih otot-otot tangan dan kaki atau dengan berlari melewati rintangan, bisa juga dengan memindahkan benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
d.      Latihan berjalan, berlari, melompat dan meloncat ( B 4, 5)
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara berjalan, berlari, melompat dan meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

III.             Latihan penenangan
Latihan penenangan bertujuan untuk mengembalikan suhu badan ke keadaan semula setelah melakukan berbagai kegiatan fisik ( agar suhu badan anak menjadi turun) sehingga siap melakukan kegiatan berikutnya. Latihan penenangan biasa diisi dengan koreksi-koreksi gerakan yang tadi sudah dilakukan, nyanyian-nyanyian atau dengan pemberian rewards.

E.    Latihan Gerak Dasar yang Diberikan dalam Kegiatan Terpimpin
Kegiatan ini dimulai dengan eksplorasi gerakan-gerakan tubuh dan meningkat ke gerakan campuran. Gerakan tersebut diantaranya:
1.   Cara berjalan dan berlari perorangan
   Berjalan menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah pendek, langkah biasa dan langkah panjang dan berjalan di atas satu garis lurus. Berlari menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah pendek, langkah biasa, dan langkah panjang juga divariasi dengan berlari jinjit dengan tumpuan ujung kaki atau tumit di atas satu garis lurus.
2.   Berjalan dan berlari secara bersama
Berjalan dan berlari menjelajahi ruangan atau lapangan berdua sambil berpegangan tangan dengan langkah biasa, langkah pendek dan langkah panjang.
  3.    Berjalan dan berlari dengan berbagai cara ( berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya)
Berjalan dan berari ke berbagai arah seperti berjalan ke samping kanan, samping kiri, serong kanan, serong kiri dengan bergandengan tangan.
4.       Melompat ke berbagai arah secara individual
Kegiatan ini dilakukan dengan tumpuan satu kaki (melompat) dan dilakukan dengan tumpuan dua kaki (meloncat). Melompat ke depan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kiri dan sebaliknya. Melompat ke atas dengan cara berotlak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya.
Meloncat dengan tumpuan dua kaki seperti menirukan katak dan kelinci meloncat.
5.       Melompat ke berbagai arah secara bersama (dengan teman)
Melompat ke depan sambil bergandengan tangan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya. Gerakan ini bisa divariasi dengan melompat ke belakang maupun ke samping kanan kiri dengan cara bergandengan.
6.       Gerakan kombinasi berjalan, berlari dan melompat secara individual
Gerakan ini bisa dilakukan dengan gerakan berjalan ke depan, melompat ke samping kanan maupun kiri.
7.       Gerakan tubuh dengan alat bantu
Gerakan ini bisa dilakukan dengan cara melompati tali yang direntangkan dengan ketinggian yang bertahap. Berjalan merangkak dan melompat di atas papan keseimbangan. Menggelindingkan simpe dengan cara berpasangan, berkelompok atau secara individual. Merangkak dalam simpe dengan cara berkelompok. Memantulkan bola ke tembok dan menangkapnya. Sambil berjalan memantulkan bola ke lantai. Bermain bola gelinding berpasangan sambil duduk berhadapan di lantai dengan jarak tertentu. Melambungkan dan menangkap bola secara berpasangan. Melempar dan menangkap kantong biji-bijian.
8.       Melakukan gerakan fantasi menurut cerita (senam fantasi)
Kegiatan ini dilakukan guru dengan cara memberi contoh dalam bentuk cerita dan anak-anak melakukan gerakan yang tergambar dari cerita dengan judul yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, guru harus memilih cerita yang terdapat banyak gerak di dalamnya yang dilakukan oleh tokoh cerita tersebut.
9.       Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan lirik lagu (gerak dan lagu)
Kegiatan ini meniru contoh gerakan kepala, pundak, lutut, kaki, ”Aku seorang kapiten” , ”Tukang Kayu”. Anak-anak bernyanyi sambil melakukan gerakan yang ada dalam lagu itu.
10.   Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan irama atau ritmik melalui tape recorder
Dengan unsur-unsur gerak jalan maju, mundur, menyamping, langkah kecil, langkah besar, tinggi, berat. Langkah pertama adalah pengenalan ritmik yang perlu dilatih kemudian anak-anak dibiarkan bergerak dengan iringan musik instrumental dengan perasaan masing-masing dan kreativitas sendiri-sendiri.
11.   Melakukan gerakan halus (motorik halus)

Ada dua komponen gerak yang mudah dipahami anak, yaitu kekuatan dan kelenturan. Anak dapat mengukur kekuatannya dengan cara melemparkan bola atau kantong biji dengan jarak tertentu. Anak juga dapat mencoba mengukur kelenturan sendiri dengan membungkukkan tubuhnya untuk memegang ibu jari kaki tanpa menekukkan lutut. Guru memprogramkan kegiatan untuk melatih kekuatan dan kelenturan anak didik dengan memperhatikan gerak-gerak dasar dalam bermain. Misalnya, dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Kegiatannya senam fantasi menurut cerita. Dalam kegiatan ini cerita yang dikarang guru hendaknya terdapat banyak gerakan yang dapat dilakukan anak didik. Guru bercerta tanpa memberi contoh gerakan-gerakan sehingga anak melakukan gerakan-gerakan menurut fantasi dan kreativitas mereka masing-masing. Anak seolah-olah menjadi pelaku-pelaku dalam cerita tersebut dan mengalami sendiri perasaan dalam cerita. Contoh ceritanya akan diilustrasikan sebagai berikut .

Panen padi
Pagi-pagi sekali pak Amir sudah bangun karena hari ini akan panen raya. Tadi malam hujan lebat sekali. Mudah-mudahan hari ini akan terang kata pak Amir. Teman-teman pak Amir sudah menunggu di halaman rumah dari pagi tadi. Kata pak Amir ayo teman-teman kita berangkat kesawah sekarang, jangan lupa alat-alat yang akan kita gunakan dibawa. Mereka ada yang mengambil sabit,karung, tikar, dan balok kayu. Kemudian mereka brtjalan dengan tegap dan semangat. Hari mulai panas mereka berjalan bergegas, kemudian berlari kecil-kecil agar segera sampai di sawah. Di dalam perjalanan kesawah tadi banyak pohon besar dan kecil yang tumbang karena tertimpa hujan yang deras dan tiupan angin yang kencang. Satu persatu mereka melompati pohon-pohon tersebut. Mereka berjalan diatas pematang sawah yang sempit dan licin, sehingga mereka berjalan hati-hati sekali takut tergelincir kedalam sawah. Sesampai disawah mereka menggelar tikar , meletakkan balok kayu diatas tikar tersebut. Mulailah mereka memotong padi dengan cara membungkuk, kemudian padi diletakkan diatas tikar masing-masing, kemudian memotong lagi, meletakkan lagi dan seterusnya sampai padi semuanya terpotong. Padi yang dipotong tadi kemudian di pukul-pukul dengan balok kayu yang telah disiapkan agar butir butir padi jatuh diatas tikar. Setelah selesai mereka memasukkan padi kedalam karung. Ada yang menggendong padi dibawa ke pinggir jalan. Pak Amir dan teman-temannya mengangkut padi kejalan raya dengan cara dipilul, digotong berdua dan ada pula yang ditaruh di pundak mereka berjalan menuju ke jalan raya. Pak Amir dan teman-teman berdiri dipinggir jalan raya sambil menunggu truk yang lewat untuk mengangkut padi kerumah pak Amir. Sambil mengipas ngipas dengan capingnya trukpun datang mereka menaikkan karung padi kedalam truk. Ada yang dilempar, diangkat atau lewat tangga truk. Tak lupa alat-alat perlengkapan yang dipakai dimasukkan kedalam truk. Truk meluncur dengan kencang melalui jalan berliku, belok kenan belok kekiri kadang melewati jalan berlobang sehingga sampailah didepan rumah pak Amir. Mereka menurunkan karung-karung tersebut dengan lincahnya. Sekarang pak Amir dan teman-temannya beristirahat melepas lelah. Ada yang duduk bersandar, tengkurap, mengipas-ngipas topi ke badannya maupun menggerak- gerakkan  kakinya.

F.     Metode
Kegiatan pembelajaran akan mencapai hasil yang optimal apabila guru dapat memilih metode yang tepat, kemudian melaksanakan dengan teknik-teknik penyampaian yang baik. Mendidik dan mengajar dengan cara atau metode yang tepat, perlu memperhatikan perkembangan anak didik, khususnya di TK dimana anak merupakan subjek didik yang mempunyai karakteristik khusus, baik perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan fisik maupun perkembangan bahasa. Untuk itu, guru TK perlu memiliki pengetahuan dan menguasai tentang metode mengajar dan teknik-teknik penyampaian serta langkah-langkah pelaksanaannya. Dalam usaha pengembangan kemampuan fisik di TK, tidak ada metode khusus yang digunakan guru untuk mempelajari suatu keterampilan, namun melalui kegiatan belajar dengan mencoba-coba dan mengamati, mencontoh orang lain, serta latihan dengan bimbingan guru.
Di TK yang menjadi titik tolak adalah usaha mengembangkan anak secara menyeluruh dan bukan semata-mata mengajarkan isi program dan kegiatan bermain sebagai alat pengembangan. Bukan pelajaran teori bermain atau gerak yang kita berikan, tetapi apa yang dikembangkan pada anak melalui kegiatan bermain. Para ahli pendidikan anak dari berbagai negara menyatakan bahwa bermain merupakan cara untuk meningkatkan ketepatan gerakan anak dan mengajar dirinya mengatasi kesulitan-kesulitan yang praktis.
Elizabeth Helsy dan Lorena Porter juga mengemukakan bahwa dalam latihan gerakan untuk fisik motorik anak di TK ada empat (4) kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu :

1.       gerakan eksplorasi (penjelajah)
Anak-anak membutuhkan kebebasan bergerak dan untuk itu dibutuhkan ruang yang aman di dalam ataupun di luar kelas. Tujuan kegiatan eksplorasi adalah sebagai berikut :
a.   anak mendapat pengalaman bahwa tubuh dapat bergerak
b.      menciptakan kegembiraan dan kepuasan dalam bergerak
c.       memberi pengalaman pada anak dalam membagi ruang dengan orang lain
d.      menciptakan cara baru dalam melakukan suatu tugas/ perintah
e.       melakukan kegiatan, latihan sambil menunjukkan kekuatan-kekuatan tubuh
Contoh pembelajaran :
I. ”Mari berjalan menjelajahi ruangan”
Tujuan : anak berjalan ke berbagai arah dan dengan berbagai cara
Sarana : ruang untuk bermain atau halaman sekolah
Kegiatan : Anak-anak berdiri bebas di ruang menghadap ke arah guru
Inti pembelajaran :
”Mari berjalan mengelilingi ruang” tanpa menggangu anak-anak lain.
”Coba anak-anak berjalan dengan angkat tumit....yaa...berjalan dengan langkah biasa lagi.”
”Coba anak-anak berjalan dengan langkah panjang....ya...dengan langkah lebih panjang lagi.”
Anak-anak berjalan...,
Belok ke kanan...,
Belok ke kiri...,
Langkah panjang..,
Angkat tumit...,
Berjalan biasa...,
Berhenti.
Berjalan lambat sesuai irama.
Berjalan cepat sesuai irama.
-    Guru dapat menggunakan tamborin/rebana/tepukan tangan yang dibunyikan dengan tmpo lambat, sedang, cepat dan anak-anak berjalan sesuai irama.
-    Anak-anak berkumpul lagi dalam suasana bebas.
1.     ”Siapa yang tahu, tadi kita berjalan arah mana saja?”
2.     ”Tadi kita berjalan dengan cara apa?”
-    Guru membimbing anak-anak membersihkan tangan dan kaki untuk mengikuti bidang pengembangan berikutnya.

II. ”Mari berlari menjelajahi ruangan”
Tujuan :
 - anak berlari ke berbagai arah dengan berbagai cara
- anak dapat melakukan gerakan sesuai instruksi
- anak dapat mengontrol diri agar tidak saling bertabrakan.
Sarana : Ruang untuk bermain atau halaman sekolah
Kegiatan :
1.       Anak-anak berdiri bebas di dalam ruangan, menghadap ke guru.
2.       Mari bersama-sama lari mengelilingi ruangan, tanpa menyentuh anak-anak lain.
3.       Coba, anak-anak lari dengan angkat tumit...yaa...lari dengan langkah biasa lagi...., dilakukan secara bergantian antara lari biasa....dan lari angkat tumit.
4.       Coba lari ke berbagai arah dan berbagai cara.
Lari langkah biasa..., belok ke kiri..., ke kanan...., belok ke kiri lagi.....,lari angkat tumit...yaa lari biasa lagi....dan berhenti lagi.
5.       Latihan penenangan
Anak-anak berkumpul lagi dalam ruangan dengan susunan bebas.
a.       Siapa yang dalam latihan yang lalu sudah merasa lelah?
      Yang merasa lelah angkat tangan!
b.  Guru membimbing anak-anak membersihkan dan mengeringkan tubuh yang berpeluh dengan handuk sendiri. Kemudian membersihkan tangan dan kaki....untuk siap mangikuti bidang pengembangan berikutnya.


2.       Permainan anak
Permainan dilakukan secara berkelompok yang sifatnya tidak terlalu formal. Dalam kegiatan ini, anak dibantu untuk menyesuaikan diri, mengetahui perasaan dalam satu kelompok dan tiap anak harus ikut aktif. Contoh permainan seperti : Kucing dan tikus, bintang beralih, menjala ikan, elang menyambar anak ayam.
Tujuan kegiatan ini adalah :
a.       anak mengetahuui peraturan permainan yang harus ditaati
b.       anak belajar menyesuaikan diri dengan orang lain
c.       memupuk kerjasama
d.      menghilangkan sifat individual
e.       mulai memikirkan strategi bermain
f.        mengalami suasana gembira
g.       melatih pendengaran dan disiplin.

3.       Gerakan ritmik atau berirama
Melakukan gerakan ritmik berarti anak-anak melakukan gerakan-gerakan yang sudah dikuasai disertai iringan musik yang berirama. Anak-anak melakukan kebebasan berekspresi melalui gerakan-gerakan tubuhnya atau melakukan gerakan-gerakan menurut contoh dan petunjuk guru, tetapi sesuai dengan keinginannya sendiri. Dengan demikian, gerakan-gerakan yang dilakukan tidak sama untuk tiap anak dan bersifat spontan. Gerakan ritmik membuka jalan bagi anak untuk dapat melakukan gerakan-gerakan menari.
Tujuan gerakan ritmik adalah :
a.       mendorong eksplorasi gerakan otot besar dan otot kecil dengan iringan musik/lagu
b.       memupuk dan mengembangkan perasaan irama
c.       mengembangkan daya cipta melalui gerak
d.      mengembangkan fantasi dan inisiatif.

Ciri khas kegiatan ritmik TK ialah kebebasan berekspresi melaluigarakan dengan iringan musik. Anak-anak melakukan gerakan-gerakan tubuh menurut keinginan sendiri. Hal ini tidak mudah bagi mereka sehingga diperlukan latihan-latihan persiapan lebih dahulu.
Tahap latihan persiapannya seagai berikut :
1.      Persiapan
-    memilih nyanyian atau musik dengan lagu-lagu yang bervariasi dengan tempo cepat (mars, seperti lagu ”Potong Bebek Angsa”, ”Maju Tak Gentar”, tempo perlahan (waltz), seperti lagu ”Naik ke Puncak Gunung” dan ”Kupu-kupu yang Lucu”, dan seagainya. Dapat berupa rekaman instrumental (kaset) atau dinyanyikan oleh guru atau anak-anak.
-    Sediakan tape recorder dan kasetnya sebelum latihan dimulai dan di ruang yang cukup luas.

2.      Latihan gerakan dasar
Anak-anak harus sudah menguasai gerakan dasar, berjalan, berlari, meloncat, dan mengayun lengan. Awalnya dilakukan disertai bunyi-bunyian seperti tepuk tangan guru, dengan alat-alat, seperti peluit, tambur atau rebana tanpa musik hanya dengan bunyi-bunyian ritmis.

3.      Latihan gerakan bervariasi/lanjutan
Setelah anak sudah cukup menguasai keempat gerakan dasar di atas dengan iringan bunyi-bunyian, dapat dilanjutkan dengan gerakan-gerakan dengan iringan musik ataupun lagu dengan tahapan latihan sebagai berikut :
Tahap pertama : latihan berjalan dan menggerakkkan tangan. Sebelum guru menyanyi atau membunyikan musik pengiring , guru sudah mengatur anak-anak berdiri dalam barisan lalu mulai mengarahkan gerakan-gerakan yang akan dilakukan, misalnya sebagai berikut. ”Mari kita berbaris, seperti tentara yang berjalan dengan penuh semangat di jalan”, kemudian musik dengan irama mars dibunyikan. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai berjalan sesuai tempo musik. Setelah cukup dengan gerakan dasar berjalan guru melanjutkan, ” Lihat banyak kupu-kupu yang beterbangan dengan menggerak-gerakkan sayapnya, cantik sekali. Pindah ke lagu yang waltz, yang lembut, seperti ”Kupu-kupu yang Lucu”. Anak-anak berpencar menirukan gerakan kupu-kupu yang lemah gemulai.
Tahap kedua : Setelah istirahat sebentar dengan duduk atau berbaring mendengar lagu yang tenang, anak-anak melanjutkan lagi dengan melakukan gerakan-gerakan berjalan dan menggerakkan tangan mengikuti lagu-lagu mars dan lagu waltz tanpa petunjuk atau arahan dari guru lagi. Anak-anak bebas bergerak sesuai keinginannya mengikuti tempo dari lagu-lagu yang mereka dengar.
Tahap ketiga : Dalam pertemuan berkutnya, anak-anak diperdengarkan lagi lagu yang sama (mars atau waltz) dan mereka melekukan gerakan secara bebas. Gerakan berikut yang akan dilatihkan adalah gerak berlari, seperti berlari kuda (gallop). Guru harus memberi contoh, mula-mula tanpa iringan musik, untuk latihan ini diperlukan banyak waktu.
Tahap keempat : Latihan mengayun lengan. Guru perlu memberi contoh lebih dulu bagaimana mengayunkan lengannya ke arah yang sama atau berlawanan arah. Pada latihan ini iringan musik adalah yang berirama lambat (waltz), seperti lagu ”Naik-naik ke Puncak Gunung”.
Tahap kelima : Latihan kombinasi gerakan-gerakan dasar. Bila keempat tahap sebelumnya telah ckup dikuasai satu per satu oleh anak-anak, kemudian seluruh gerakan dilatihkan sekaligus, diiringi ritmik yang sesuai hingga musik-musik yang bervariasi temponya. Sedapat mungkin digunakan lagu-lagu yang sama lebih dulu jangan menggantinya dengan lagu lain.

4.      Gerakan menguji diri
Kegiatan ini dilakukan dengan alat bantu. Seperti meja, bangku,peti (besar bentuknya), bola, tali, balok, mainan untuk membangun (kecil bentuknya).
Dalam kegiatan menguji diri anak-anak dapat juga mengikuti perintah guru untuk mengekspresikan diri, seperti perintah untuk berjalan, seperti kelinci, katak, kepiting, menggelinding, seperti bola, merayap, seperti ular.
Tujuan kegiatan ini adalah :
1.       menguji perkembangan kekuatan dan kelenturan tubuh anak
2.       mengembangkan keterampilan dalam mengatasi rintangan atau penghalang dalam gerak
3.       membagi ruang dengan anak lain
4.       menciptakan kerjasama dengan teman
5.       mengembangkan percaya diri dan sikap monolisi.



G.   Pelaksanaan di Taman Kanak-kanak
Ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan guru Tk dalam mengembangkan kegiatan fisik motorik. Salah satunya adalah pendekatan tema. Melalui pendekatan ini guru biasanya mengembangkan perencanaan tertulis dalam SKH, yang terdiri dari komponen-komponen : tema, kemampuan, alat yang digunakan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pendekatan tema untuk pengembangan fisik motorik adalah sebagai berikut :
1.       kegiatan hendaknya terfokus pada pengembangan otot-otot besar
2.       kegiatan harus aktif dan menantang
3.       hemat dalam penjelasan

Contoh pembelajaran fisik yang dapat dikembangkan sendiri.
Tema             : Ruang dan Arah
Kemampuan : bergerak melalui ruangan, gerakan-gerakan tinggi dan rendah, serta gerakan-gerakan anggota tubuh ke arah pintu atau tempat lain, ke depan, ke belakang, sekeliling..., melalui..., antara benda..., jauh dari..., dekat dari...
Kegiatan        
a. Kegiatan dimulai dengan sebuah lagu permulaan yang merupakan cara yang baik untuk menarik perhatian anak-anak serta membawa mereka pada gerakan-gerakan yang lebih bersemangat. Pilih lagu-lagu yang agak capat (mars), misalnya lagu ” Maju Tak Gentar”. Biarkan anak-anak berjalan dan bertepuk tangan sambil bernyanyi. Kegiatan awal ini disebut kagiatan pemanasan.
b.Kegiatan inti
   Kegiatan yang dilakukan, misalnya bergerak mengikuti arah tiupan angin sambil mengangkat kedua tangan atau berbaris, seperti tentara lalu bergerak maju, mundur, ke samping, membungkuk, dan lain-lain. Tempo dalam kegiatan inti lebih cepat dari pemanasan. Pilih lagu-lagu yang sesuai dengan tema dan dikenal/disukai anak.
c. Kegiatan penenangan
   Setelah gerakan inti yang cukup melelahkan dilanjutkan dengan penenangan. Kagiatan ini dilakukan sambil duduk melingkar atau dapat juga dengan tidur telentang dengan suasana santai dan tenang. Kemudian, guru meminta anak-anak untuk berpura-pura tidur dan bermimpi. Kegiatan penenangan membantu anak menyalurkan ketegangan sehingga menjadi lebih mencair.

Hal-Hal yang memperlambat perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik. Berikut beberapa gangguan perkembangan motorik yang nampak pada anak usia dini:
  • Berat badan yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang didapat maupun konginental (Development Coordination Disorder).
  • Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan bicara
  • Saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap
  • Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w”
  • Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak
  • Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga
  • Kesulitan mengikat sepatu
  • Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola
  • Anak tampak lamban dalam gerak halus & kasar
  • Benda yang dipegang sering jatuh
  • Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
  • Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan yang konstruksional
  • Sering disebut juga : the clumsy child syndrome
  • Sering dijumpai kesulitan bersekolah,
  • Pada beberapa kasus bersamaan dengan gangguan perkembangan emosional dan perilaku.
  • Pada beberapa kasus , dijumpai adanya riwayat komplikasi perinatal misalnya berat badan lahir rendah.

  1. Deteksi dini terhadap gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.
    • Pengukuran berat badan (BB) Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
    • Pengukuran tinggi badan (TB) Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
    • Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA) PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
    • Development Screening Denver Test DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama. Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur. Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Sehingga apabila hasil test menunjukkan adanya kelambatan ataupenyimpangan dari aspek motorik, fisik, emosional, dan sosial dapat dilakukan upaya terpadu dan terindikasi khusus untuk mencegah terjadinya kelainan fisik, mental, psikomotorik.

  1. Beri Stimulus agar si Kecil melewati tahap perkembangannya dengan baik Pemberian stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-anak supaya melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi dilakukansambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja makan sambil berpura-pura menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu pula ketika mau mandi, ajak anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar mandi. Kemudian minta ia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju kotornya dengan melemparnya ke arah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan itu saja sudah menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.
    1. Stimulasi Motorik Kasar Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Nah, agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan:
      • Jalan Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun. Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki). Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya. Stimulasi: Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!” Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
      • Lari Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak). Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi. Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya. Stimulasi: Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
      • Lompat Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan. Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning). Stimulasi: Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain. Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
      • Lempar Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju. Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah. Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya. 
      • Stimulasi: Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah. Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.

    1. Stimulasi Motorik Halus Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar. Nah agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah diterapkan dengan sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita!
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, yang memungkinkan anak akan berlaku liar dan nakal serta tidak terarah, seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan semacam stimulasi seperti yang telah dupaparkan diatas dengan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Sehingga si kecil dapat melalui tahapan-tahapan perkembangannya dengan baik dan terarah.

Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
  1. Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
  2. Early childhood (usia 3-6 tahun)
  3. Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Sedangkan perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
  1. Perkembangan Fisik Pertumbuhan fisikmerupakan proses tumbuh kembang yang ditandai dengan Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
  2. Perkembangan Motorik Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
  3. Perkembangan Kognitif (Berfikir) Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir.
  4. Perkembangan Emosi Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
  5. Perkembangan Sosial/Psikososial Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar semua aspek tersebut berkembang secara seimbang.